Hepatitis Akut Misterius, Kadinkes Sinjai Imbau Masyarakat Waspada dan Jaga Pola Hidup Sehat

SINJAI_PB— Penyakit hepatitis akut yang sedang melanda dunia diduga telah masuk ke Indonesia setelah tiga anak dilaporkan meninggal dunia akibat terinfeksi penyakit misterius ini.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun telah menindaklanjuti kejadian itu, dengan membuat Surat Edaran (SE) tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology)

SE tersebut dikeluarkan pada 27 April lalu, yang ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dr. dr. Maxi Rien Rondonuwu, DHSM, MARS.

Dalam edaran itu meminta agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota melakukan surveillance monitoring terhadap kasus ini.

Kepala Dinas Kesehatan Sinjai, dr. Emmy Kartahara Malik saat ditemui mengaku bahwa telah menerima surat edaran tersebut.

“Sudah ada surat edaran tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya etiologinya. Tata laksana dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tentang penatalaksanaan penanganan juga sudah dikeluarkan. Insya Allah kita akan siap untuk kasus-kasus seperti ini,” ungkapnya, Rabu (11/5/2022).

Laporan WHO juga menyatakan proses mencari penyebab hepatitis akut ini dilakukan di luar penyebab hepatitis A,B,C,D dan E. Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dr. Emmy mengimbau agar masyarakat mengenali gejala hepatitis akut misterius.

Dengan demikian, penderita bisa langsung mendapat penanganan yang tepat. Secara umum gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Penyakit ini menyerang anak di bawah 16 tahun.

“Ketika ada seperti itu kita patut curigai dan melakukan pemeriksaan HBsAg yang ada di Puskesmas, sebenarnya ini untuk kita gunakan pada ibu hamil, tetapi dalam kondisi seperti ini dapat digunakan pada anak yang kita curigai,” ujarnya.

Selanjutnya kata dia, juga akan dilakukan pemeriksaan SGPT- SGOT, jika pemeriksaan itu di atas dari 500, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

“Tentu kita akan melakukan pemeriksaan selanjutnya karena itu yang dicurigai dan kalau sudah seperti itu, maka akan dirujuk ke tempat pelayanan yang lebih lengkap fasilitasnya,” jelasnya.

Lebih lanjut dr. Emmy mengatakan bahwa, Sinjai masih relatif aman dari kasus hepatitis akut. Sejauh ini, belum ada dilaporkan warga Sinjai yang terkena penyakit misterius ini.

Meski demikian, Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai akan melakukan langkah antisipatif, seperti menyiagakan semua tim gerak cepat di 9 puskesmas di Sinjai untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).

Disamping itu, dia meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan pencegahan, salah satunya dengan menjaga kebersihan diri.

“Ini bermula dari hidup secara sehat dan bersih, kita harus selalu melakukan cucu tangan, karena sebelum makan tangan tentu harus dalam kondisi bersih. Intinya bagaimana pola hidup sehat dan bersih yang harus dijaga terus,” katanya.