Jakarta,PB – Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) dalam diskusi rutin mingguan pada Senin-Kamis membahas masalah terkini di Indonesia, termasuk aksi unjuk rasa yang menuntut pembubaran DPR RI dan rencana peluncuran “Kitab MA HA IS MA YA” untuk menjawab tantangan zaman.
GMRI menyoroti dinamika sosial politik yang memanas akibat ketimpangan ekonomi, ketidakadilan, korupsi, dan pembenahan kabinet yang lamban, yang membuat kesabaran rakyat habis. Mereka menilai “Kitab MA HA IS MA YA” relevan untuk meredam kegaduhan akibat polah penyelenggara negara yang mengedepankan kepentingan pribadi.
Konsepsi “Insan Kamil” yang diusung GMRI merupakan bagian dari sosialisasi isi “Kitab MA HA IS MA YA” untuk mengajak merenungkan makna “manusia sempurna” sebagai wakil Tuhan di bumi yang tidak membuat kerusakan, serta memiliki etika, moral, dan akhlak mulia. Nilai-nilai ini hanya mungkin dicapai melalui kesempurnaan spiritual.
GMRI menilai kebobrokan etika, moral, dan akhlak manusia Indonesia yang semakin terpuruk dalam korupsi hanya mungkin diredakan oleh revolusi spiritual.
Mereka juga menyoroti ketidakpercayaan peserta aksi unjuk rasa yang mendesak pembubaran DPR RI sebagai hal yang memalukan, karena DPR RI tidak lagi memiliki kepercayaan dari rakyat. GMRI menilai aksi unjuk rasa tersebut mengekspresikan tidak adanya budaya musyawarah mufakat.
GMRI menyimpulkan bahwa kebobrokan etika, moral, dan akhlak mulia manusia harus dibenahi melalui gerakan kebangkitan dan kesadaran spiritual. “Kitab MA HA IS MA YA” dapat menjadi rujukan untuk memasuki fase revolusi spiritual di Indonesia yang semakin mendesak.(J)