Sinjai, Pedulibangsa.co — Meski dalam situasi pandemi Covid-19, tidak menyurutkan semangat puluhan massa dari Aliansi Tahura Menggungat (ATM) Sinjai kembali menggelar aksi unjuk rasa di dalam Kota Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Kamis (28/1/2021).
Pantauan, puluhan peserta aksi memblokade Jalan Sultan Isma, Jalan Bhayangkara, dan Poros Jalan Persatuan Raya sebagai akses utama yang berakibat lalu lintas tersendat.
Mereka tampak lantang menyuarakan penolakan terhadap pembangunan bumi perkemahan yang ada di Taman Hutan Raya (Tahura) Abd. Latief Kecamatan Sinjai Borong.
“Tolak pembangunan bumi perkemahan dan jalur sepeda yang direncanakan pemerintah, karena itu mengancam habitat Anoa, sumber air, dan memperbesar resiko bencana alam. Selamatkan rimba terakhir kita,” ungkap Fathul, Koorlap Aksi.
Sementara Sekretaris Jenderal Forum Pecinta Alam (FPA) Sinjai, Fandi yang turut serta dalam aksi unjuk rasa menegaskan bahwa pembangunan bumi perkemahan dan track sepeda di Tahura melanggar Perdirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
“Ini adalah aksi pembuka di tahun 2021. ATM tetap konsisten mengawal penolakan pembangunan karena selain melanggar Perdirjen nomor: p.02/IV-SET/2012 tentang Pembangunan Sarana Pariwisata Alam di Taman Nasional, Tahura dan TWA Pasal 11, juga sangat mengancam ekologi pegunungan Lompobattang-Bawakaraeng sebagai Hutan Penyangga,” ungkapnya, saat ditemui ditengah aksi unjuk rasa.
Dalam aksi ini kata Fandi, juga menyuarakan penolakan terhadap segala potensi perusakan hutan terkait isu tambang di kawasan hutan lindung.
Lebih jauh Fandi menyebut, seperti aksi-aksi sebelumnya, suara penolakan juga dibawakan oleh pemerhati lingkungan yang berasal dari Kabupaten Bulukumba. Dalam orasi Ketua KPA Papparapi Hery Manompo, Dia mengatakan bahwa mereka akan selalu hadir bersama ATM, karena Kabupaten Bulukumba juga merupakan daerah yang akan berdampak langsung oleh rusaknya hulu sungai Balantieng.
“Kami akan konsisten untuk terus mengawal kasus ini sampai tuntas dan menghentikan oknum-oknum yang mau merusak hutan. Harusnya Bupati Sinjai belajar di kabupaten-kabupaten lain yang saat ini berduka karena terjadinya gempa dan tanah longsor. Tapi Bupati Sinjai seakan tutup mata dengan hal ini,” pungkasnya.
Setelah beberapa saat berorasi di dalam kota, para demonstran kemudian bergeser dititik aksi di Kantor Dinas PUPR, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sinjai lalu melanjutkan pawai orasi di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan pengawalan ketat aparat Kepolisian Resor (Polres) Sinjai. (red)